[Story 81] Sejarah Indonesia | Part 7 : Proses Evolusi Bumi & Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Subject : Sejarah Indonesia
Theme : Part 6 : Proses Evolusi Bumi & Terbentuknya Kepulauan Indonesia
By : Conan Caraka N.
A. Menganalisis Pembabakan Waktu Proses Evolusi Bumi
Proses evolusi alam semesta memakan waktu kronologis yang sangat lama hingga berjuta tahun. Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang sangat panjang. Ilmu panteologi membaginya dalam 6 tahap waktu geologis. Masing-masing ditandai oleh peristiwa alam yang menonjol, ex : munculnya gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan, proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :
1. Azoikum, berasal dari bahasa Yunani, a : tidak, zoon : hewan. Yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat itu, bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Waktunya ± >1 milyaran tahun.
2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa inilah sudah meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung ±350.000.000 tahun lamanya.
3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini, mulai lahirlah hewan mamal (menyusui), hewan amfibi, burung, dan tumbuhan berbunga. Lamanya ±140.000.000 tahun lamanya.
4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak ±60.000.000 tahun lalu. Zaman ini dibagi lagi menjadi 2 tahap tersier dan quarter. Zaman es mulai menyusut, dan makhluk-makhluk hidup tingkat tinggi, termasuk manusia mulai hidup.
B. Menganalisis Terbentuknya Kepulauan di Indonesia
Gugusan kepulauan / wilayah maritim yang kita kenal saat ini terletak di antara 2 benua, yaitu : Benua Asia dan Benua Australia di sebelah selatan. Serta, di antara 2 samudra, yaitu Samudra Hindia di sebelah barat dan Samudra Pasifik di sebelah selatan.
Sebagian wilayah kepulauan, Indonesia merupakan titik temu di antara 3 lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di sebelah selatan, Lempeng Eurasia di sebelah utara, dan Lempeng Pasifik di sebelah timur. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pegerakan lempeng ke bawah), dan kolisi (tumbukan lempeng).
Pergerakan lain dapat berupa pemisahan / divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun semuanya telah menyebabkan wilaya Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang waktu.
Pada masa Paleozoikum (masa kehidupan tertua), keadaan geografis Kepualauan Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu, wilayah ini masih merupakan bagian dari samudra yang sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi.
Pada fase berikutnya, yaitu pada akhir masa Mesozoikum, ±65 juta tahun lalu, aktivitas tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Aktivitas ini dikenal sebagai fase tektonis (Orogenesa Laramide), sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah belah.
Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah antara sayi dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke arah selatan membentuk pulau-pulau : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kepulauan Banda. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau lainnya : Pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian Maluku Tenggara.
Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa tersier ±65 juta tahun lalu. Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan, dan Jawa telah tenggelam menjadi laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut / transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal berupa paparan dengan terbentunya endapan batu gamping.
Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia. Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktur tersebar di sepanjang bagian barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara, serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu telah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (±1.8 juta tahun lalu). Jadi pulau-pulau di kawasan Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak heran jika masih sering terjadi gempa, baik gempa vulkanis maupun gempa tektonis.
Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam dan kondisi geografis ini telah mendorong lahirnya penelitian dari bangsa-bangasa lain. Dari sekian banyak penelitian terhadap flora dan fauna tersebut, yang paling terkenal di antaranya adalah penelitian Alferd Russel Wallace, yang membagi Indonesia dalam 2 wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus, baik flora maupun faunanya. Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassa ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia-Malayan region. Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.
Image : pembagian Garis Wallace | Source : http://www.starfish.ch/tauchen/Indonesien.html |
Merujuk pada tarikh bumi di atas, keberadaan manusia di muka bumi bermula pada zaman quarter ±600.000 tahun lalu (zaman es). Dinamakan zaman es karena selama itu es dari kutub berkali-kali meluas sampai menutupi sebagian besar permukaan bumi dari Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika Utara. Peristiwa itu terjadi karena panas bumi tidak tetap, kadang naik, kadang juga turun. Jika ukuran panas bumi turun drastis, maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air laut akan turun, disebut zaman Glacial. Sebaliknya, jika ukuran panas naik, maka es akan mencair, dan permukaan air laut akan naik yang disebut zaman Interglacial.
Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama zaman Diluvium (Pleistosen). Hal ini menimbulkan pelbagai perubahan iklim di seluruh dunia, yang kemudian memengaruhi keadaan bumi serta kehidupan yang ada di atasnya, termasuk manusia. Sedangkan, zaman Alluvium (Holosen) berlangsung ±20.000 tahun lalu hingga saat ini. Sejak zaman inilah mulai terlihat secara real adanya perkembangan kehidupan manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana, baik secara fisik maupun secara kemampuan berpikirnya.
Comments
Post a Comment