[Story 67] Sejarah Indonesia | Part 2 : Sejarah di Pelbagai Aspek : Sejarah Sebagai Kisah, Seni, Peristiwa, Ilmu beserta contoh dan ciri-cirinya

Subject : Sejarah Indonesia

Theme : Part 2 : Sejarah di Pelbagai Aspek : Sejarah Sebagai Kisah, Seni, Peristiwa, Ilmu beserta contoh dan ciri-cirinya

By : Conan Caraka N.


     Sejarah di pelbagai aspek, meliputi : sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai seni, sejara sebagai peristiwa, sejarah sebagai ilmu beserta contoh dan ciri-cirinya. Mari kita sharing satu per satu. 🤗🤗🤗

A. Sejarah Sebagai Peristiwa
     Pembahasan ilmu sejarah menyangkut peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau. Melalui peristiwa-peristiwa itulah, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang kehidupan manusia pada masa lampau. Dalam kaitannya dengan peristiwa masa lampau itulah ilmu sejarah berusaha untuk :
1. Menyusun rangkaian peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak masa lampau agar menjadi pelajaran agi manusia dimasa kini dan masa yang akan datang.

2. Menelusuri awal mula munculnya suatu peristiwa, kemudian mencari sebab-sebab munculnya peristiwa itu. Serta, berusaha mengembangkan pembahasan peristiwa itu sampai kepada sektor kehidupan manusia yang mendorong terjadinya peristiwa itu.

     Dengan demikian sejarah dipahami sebagai peristiwa yang telah lama berlalu, yaitu kejadian-kejadian pada masa lampau yang sudah tidak mungkin terjadi lagi dalam bentuk yang sama sehingga tidak mungkin diamati dan disaksikan lagi di masa sekarang.

Sejarah sebagai peristiwa memiliki ciri-ciri :
1. Merupakan hasil perbuatan manusia
2. Memiliki hubungan sebab akibat
3. Bersifat obyektif
4. Peristiwa benar-benar terjadi
5. Bersifat abadi unik dan penting
6. Hanya terjadi sekali seumur hidup

     Sejarah sebagai peristiwa berusaha menjawab pertanyaan 5W yaitu : what, who, where, why, and when dari suatu peristiwa. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa merupakan sejarah sebagaimana terjadinya (historie realite). 

     Tidak semua peristiwa di masa lampau dianggap sebagai sejarah. Suatu peristiwa dianggap sebagai peristiwa jika peristiwa itu dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain sebagai bagian dari proses atau dinamika dalam suatu konteks historis. Antara peristiwa-peristiwa itu terdapat hubungan sebab akibat. Penyebab merupakan hal yang menyebabkan suatu peristiwa dapat terjadi Kesinambungan antara peristiwa yang satu ke peristiwa yang lain dalam hubungan sebab akibat terdapat dalam konteks waktu, pelaku, dan tempat.

     Sejarah sebagai peristiwa pada dasarnya adalah objektif ojektivitas sejarah sebagai peristiwa pada fakta yg berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi. Contoh sejarah sebagai peristiwa : insiden perobekan bendera di Surabaya pada 10 November 1948, peristiwa Ambarawa, peristiwa Bandung Lautan Api, dsb.


B. Sejarah Sebagai Kisah
     Sejarah sebagai kisah diartikan sebagai sejarah yang disusun berdasarkan pengalaman masa lampau yang dipaparkan sebagai pernyataan dari sejarah sebagai peristiwa atau peristiwa masa lampau dipaparkan kembali sebagai data sejarah.

     Untuk menyusun kisah sejarah sangat diperlukan jejak-jejak masa lampau yang terdapat disekitar kita, yaitu jejak masa lampau yang berisi serangkaian peristiwa atau kejadian-kejadian dalam lingkup kehidupan manusia.

Adapun sejarah sebagai kisah memiliki ciri-ciri
1. Bersifat subjektif.
2. Merupakan hasil karya atau ciptaan seseorang.
3. Kisahnya nyata atau peristiwanya benar-benar terjadi.
      
     Ada kemungkinan sejarah sebagai kisah bersifat subjektif. Subjektivitasnya terletak pada bagaimana sejarah tersebut diturunkan atau diceritakan oleh seseorang. Faktor kepentingan terlihat dari cara seseorang menuturkan kisah sejarahnya, Faktor kelompok sosial yang dimiliki penutur sejarah juga dapat mempengaruhi cara penulisan sejarah. Contoh sejarah sebagai kisah : kisah ken Arok, Kisah Nyi Roro Kidul, kisah ki Ageng Selo, dsb.

Additional :
1. Aliran sejarah yang ingin menjelaskan sejarah yang berkaitan dengan motivasi manusia yang hidup pada masa lampau.

2. Sejarah bersifat subyektif, artinya sejarah yang telah ditafsirkan oleh penyusun cerita sejarah disebut dengan sejarawan. Sudut pandang sejarawan dapat dipengaruhi oleh : iklan waktu, kelompok, ideologi dan aspek lain yang ada dalam kehidupan sejarawan yang bersangkutan. Sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan bahkan pertentangan tentang kisah sejarah yang ditulis oleh sejarawan yang berbeda terhadap fakta sejarah yang sama.


C. Sejarah Sebagai Ilmu
     Sejarah sebagai ilmu positif berawal dari anjuran Leopold von Ranke kepada para sejarawan untuk menulis apa yang sesungguhnya terjadi dengan menulis apa yang terjadi. Sejarah akan menjadi objektif. Sejarah dapat dilihat sebagai ilmu dengan karakteristik tertentu.sejarah termasuk dalam 
ilmu manusia yang dalam perjalanan waktu di pecah menjadi ilmu social dan ilmu kemanusiaan.

     Sejarah termasuk ilmu empiris. Oleh karena itu, sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia Karena sejarah berbicara tentang manusia, biasanya sejarah diklasifikasikan ke dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan antropologi dan sosiologi. Sejarah membicarakan manusia dari segi waktu. Dalam waktu. minimal ada 4 hal yang perlu diperhatikan, yakni : perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan. Artinya, sejarah melihat perkembangan masyarakat dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

     Sejarah juga melihat kesinambungan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Sejarah juga melihat pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah juga melihat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar.

     Dalam meneliti objeknya, sejarah berpegang dengan teorinya sendiri. Selain mempunyai teori, sejarah juga memiliki generalisasi seperti ilmu lain. Sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Nah, seringkali generalisasi sejarah merupakan koreksi atas kesimpulan-kesimpulan ilmu lain.untuk itu sejarah juga mempunyai metode sendiri,berbeda dengan hukum ilmu-ilmu sosial yang terlalu bersifat mekanis. Metode sejarah yang digunakan pun bersifat terbuka dan hanya tunduk pada fakta. Sejarah juga seperti ilmu-ilmu lain yang membutuhkan riset, penulisan yang baik, penalaran yang teratur, dan sistematika yang runtut, serta konsep yang jelas.

Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu :
1. Empiris
     Kata "empiris" berasal dari bahasa Yunani yaitu “empiro”, artinya adalah perjalanan manusia. Semua pengalaman yang terjadi kemudian direkam dalam peninggalan serta dokumen masa lampau, yang kemudian diteliti oleh sejarawan dalam menemukan fakta.

2. Memiliki Objek
     Tidak ada ilmu yang tidak memiliki tujuan Setiap ilmu pasti memiliki tujuan dan objek material atau sasaran yang jelas. Semua itu untuk membedakan dengan ilmu-ilmu yang lain. Sementara, objek sejarah adalah manusia dan masyarakat, akan tetapi sasarannya lebih ditekankan pada manusia dalam sudut pandang waktu.

3. Memiliki Teori
     Teori merupakan pendapat yang telah dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu.

4. Memiliki Metode
     Dalam melakukan penelitian sejarah mempunyai metode sendiri dengan menggunakan pengamatan disertai bukti untuk membuat kesimpulan sejarah sebagai ilmu, mempelajari sepanjang kehidupan manusia.

5. Generalisasi
     Studi dari suatu ilmu selalu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut menjadi kesimpulan umum atau generalisasi. Jadi generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari pengamatan dan pemahaman penulis.

     Contoh sejarah sebagai ilmu : teori masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia, teori masuknya agama Islam ke Indonesia, teori Yunan tentang asal-usul nenek moyang kita, dsb.


D. Sejarah Sebagai Seni
      Sejarah juga dapat dilihat sebagai seni.sebagaimana seni. Sejarah juga membutuhkan intuisi, emosi, dan gaya bahasa. Dalam melihat sejarah sebagai seni yang akan memakai intuisi, sejarawan harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya sedang terjadi dan apa yang terjadi selepasnya.

     Sejarah sebagai seni memiliki beberapa kekurangan. Pertama, sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan objektivitasnya. Sebab seni merupakan hasil imajinasi, ketepatan, dan objektivitas. Sangat perlu dalam penulisan sejarah. Ketepatan berarti kesesuaian antara fakta dengan tulisan sejarah. Objektivitas berarti tidak ada pandangan yang individual. 

     Kedua sejarah akan terbatas. Sejarah juga memberikan sumbangan terhadap penulisan sejarah seni memberikan karakteristik yang dapat menggambarkan watak orang dalam biografi kolektif. 
      
     Contoh sejarah sebagai seni : tarian tradisional, seni patung, seni pahat, pakaian adat, seni arsitektur, dsb.

Comments

Popular posts from this blog

[Story 3] Kenali Anak Muda Inspiratif Indonesia | Part 2 : Syifa Kusuma, Penyanyi Cilik Berbakat juga Duta Wisata Untuk Banten

[Story 1] Kenali Anak Muda Inspiratif Indonesia | Part 1 : Cantika Davinca, Penyanyi Dangdut Terkenal yang Mendadak Viral di Kabupaten Madiun

[Story 12] Kenali Anak Muda Inspiratif Indonesia | Part 4 : Amelia Zerlina, Siswi Cantik Menginspirasi, Cerdas, Berpengalaman asal Kediri, Jawa Timur